~~~BALAI PENYULUHAN PERTANIAN (BPP) MODEL DI KABUPATEN SUMEDANG~~~

Analisis SWOT Usahatani Tembakau di Kecamatan Sukasari


Untuk melihat prospek komoditi tembakau dilakukan analisis SWOT terhadap komoditi tersebut. Hasil analisis SWOT pada usahatani tembakau di Kecamatan Sukasari adalah sebagai berikut :
Strength (S)
  1. Merupakan komoditi yang mengandalkan zat addict yang menimbulkan ketergantungan sehingga mempunyai pangsa pasar relatif tahan lama.
  2. Luas lahan dan produksi tetap, karena kesesuaian lahan terbatas pada daerah tertentu sehingga tidak memungkinkan dilakukan ekstensifikasi secara besar-besaran. Hal ini akan menjaga tidak adanya lonjakan produksi yang dapat menyebabkan harga terpuruk terlalu rendah.
  3. Permintaan pasar dalam negeri terus meningkat walaupun kecil yang akan mendorong pangsa pasar tembakau.
  4. Tersedianya lahan dan iklim yang sesuai untuk menghasilkan termbakau berkualitas tinggi. Didaerah tertentu yang saat ini menjadi daerah sentra produksi tembakau dapat menghasilkan produksi dan kualitas yang tinggi.
  5. Teknologi produksi telah dikuasai. Di Indonesia telah tersedia lembaga penelitian tembakau (Balittas Malang) yang telah secara kontinu mengembangkan teknologi tembakau. Lembaga ini dapat dijadikan nara sumber dalam mengatasi kendala budidaya tembakau.
  6. Potensial genetik luas untuk pemuliaan (keragaman varietas tinggi). Tembakau telah lama dikembangkan di Indonesia sehingga saat ini telah banyak kultivar yang telah beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini berarti di Indonesia terdapat plasma nutfah dengan keragaman genetik yang sangat tinggi sebagai bahan pemuliaan bak untuk peningkatan hasil maupun ketahanan terhadap penyakit tertentu.
Weakness (W)
  1. Sensitif terhadap cuaca terutama untuk tembakau Voor Oogst. Tembakau ini menghendaki cuaca yang benar-benar kering pada saat panen dan adanya hujan walaupun dalam volume kecil akan sangat merusak hasil tembakau.
  2. Industri hilir tembakau terbatas pada rokok sehingga terjadi sistem perdagangan yang tidak sehat. Perdagangan tembakau saat ini sangat dikuasai oleh pabrik rokok sehingga harga maupun volume pembelian ditentukan sepenuhnya oleh pabrik rokok dan agen-agennya.
  3. Skala pengusahaan tembakau rakyat sangat kecil (rata-rata 0,25 ha) sehingga sulit untuk menerapkan teknologi moderen yang efisien. Hal ini juga menyebabkan petani tidak memiliki posisi tawar yang baik terhadap pedagang.
Opportunity (O)
  1. Konsumsi tembakau dalam negeri masih negatif dibanding produksinya dan impor cukup besar terutama tembakau Virginia, sehingga peluang pasar masih besar untuk dalam negeri.
  2. Peluang pasar ekspor untuk tembakau cerutu juga masih besar karena baru terpenuhi sekitar 30 %.
  3. Pemerintah masih mentargetkan APBN dari cukai dan pajak ekspor tembakau cukup besar sehingga ruang gerak pasar dan produksi masih luas.
  4. Peluang pemanfaatan tembakau untuk bahan baku obat da pestisida. Walaupun asih dalam skala laboratorium hal ini diharapkan dapat menjadi diversifikasi produk industri hilir tembakau di masa datang.
  5. Pertumbukan konsumsi rokok di negara berkembang positif 3 % per tahun yang masih memberikan prospek pasar tembakau di luar negeri.
  6. Telah ditemukannya teknologi penurunan nikotin dan tar pada tembakau untuk mengantisipasi peraturan pemerintah untuk rokok bernikotin dan tar rendah.
Threat
  1. Kampanye anti rokok oleh WHO yaitu tembakau sebagai penyebab kanker paru-paru, impotensi, dll.
  2. Peraturan Pemerintah No 81 Tahun 1999 utnuk produksi rokok bernikotin dan tar rendah.
Alternatif Strategi Berdasarkan Analisis SWOT
Strength (S) menghadapi Weakness (W)
  1. Menggunakan teknologi dan hasil pemuliaan untuk mengatasi sensitifitas tanaman terhadap cuaca (terutama curah hujan). Dalam hal ini pernah ditawarkan pemantauan hujan dan pemecahan awan dalam rangka mencegah hujan di musim panen tembakau dapat dilakukan. Mendorong balai penelitian atau R&D yang mungkin didanai oleh pabrik rokok untuk melakukan rekayasa genetik sehingga dihasilkan kultivar tembakau yang tahan musim hujan, tahan penyakit lanas, produksi tinggi dengan kualitas yang tinggi pula termasuk berkadar nikotin rendah.
  2. Menerapkan teknologi produksi yang efisien dengan penguatan pada kelembagaan petani untuk memperkuat posisi tawar petani. Penerapan teknologi yang efisien dapat dilakukan dengan menyatukan hamparan lahan petani dalam satu komando pengelolaan sehingga dapat dilakukan tanam serempak, panen serempak dan biaya produksi rendah sehingga dapat menyiasati pola pasar yang selama ini dilakukan pedagang.
Oportunity (O) menghadapi Threat (T)
  1. Dengan rekayasa teknologi dan genetik menciptakan kultivar tembakau berkadar nikotin dan tar rendah.
  2. Mengembangkan industri hilir lain berbahan baku tembakau seperti industri obat dan pestisida.
  3. Memperbesar pasar tembakau di luar negeri baik untuk tembakau rokok kretek, rokok putih maupun cerutu.
Peluang Usaha
Melihat berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada produksi tembakau dapat disimpulkan bahwa peluang usaha tembakau masih cukup terbuka tetapi untuk jenis tembakau Virginia dan cerutu Vorstenland. Hal tersebut didasarkan atas.
  • Impor tembakau Virginia masih cukup tinggi serta terjadi kekurangan yang cukup besar untuk industri rokok dalam negeri. Demikian pula tembakau cerutu Vorstenland masih belum dapat memenuhi permintaan pasar luar negeri.
  • Untuk tembakau cerutu Vostenland telah ditemukan teknologi budidaya bawah naungan yang dapat menghasilkan daun untuk cerutu kualitas wrapper lebih banyak sehingga lebih menguntungkan.
  • Untuk tembakau Virginia telah banyak teknologi dikembangkan sehingga pelaksanaan produksi lebih efisien dan jaminan keberhasilan lebih tinggi. Teknologi tersebut antara lain pesemaian dalam polybag, sukering dengan bahan kimia dan teknologi curing yang lebih baik.
  • Kelembagaan usaha terutama untuk tembakau Virginia dapat diwujudkan dalam bentuk kemitraan dengan pengusaha pemain lama seperti PT. BAT Indonesia.
  • Resiko kegagalan produksi maupun pasar kedua jenis tembakau tersebut relatif lebih kecil dibanding tembakau rakyat rajangan.
Peluang usaha tembakau masih terbuka juga dilihat dari permintaan yang masih stabil dan cenderung naik, sementara produksi relatif stabil dan cenderung turun. Walaupun demikian akan sulit kiranya apabila pengembangan usaha diarahkan pada perluasan ke areal produksi yang baru. Disamping tingkat kesesuaian lahan yang terbatas juga mencari kultivar tembakau yang sesuai serta penguasaan teknologi tembakau juga akan menjadi kendala. Oleh karena itu usaha produksi tembakau tetap diarahkan pada daerah-daerah sentra produksi yang telah ada dengan tekanan pada.
  • Peningkatan produksi dengan meningktakan penerapan teknologi.
  • Penguatan kelembagaan petani untuk mengakses modal, teknologi dan pasar.
  • Kemitraan yang kuat antara petani tembakau dengan perusahaan pabrik rokok. 
    copyright (c) by : Nandang Sudrajat, SP

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites