LESTARIKAN ALAM DENGAN BERKEBUN
Sumber : ACEP GUNAWAN SP
Berawal pada tahun 2009 masyarakat yang ada wilayah hutan rakyat gunung manglayang sampai gunung cijambu kabupaten sumedang mulai melirik potensi lahan hutan dan lahan pribadi dengan melakukan penanaman kopi jenis arabika, hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menjaga kelestarian hutan dan tidak mengganggu perekonomian masyarakat yang merambah hutan sampai saat ini perkembangan agribisnis kopi arabika di wilayah hutan rakyat gunung manglayang-cijambu terus berkembang seiring dengan program pengelolaan hutan bersama masyarakat yang diluncurkan oleh kementerian kehutanan.
Pengembangan usahatani terpadu berbasis konservasi tanah dan air merupakan salah satu alternatif untuk mengembangkan potensi lahan pada bagian hulu daerah aliran sungai dan sekaligus memberikan nilai tambah bagi pendapatan petani. Teknik pengembangan ini lebih menekankan pada upaya pelestarian pemanfaatan sumber daya lahan semaksimal mungkin sepanjang tahun untuk meningkatkan produksi pertanian secara umum yakni tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan
BUDIDAYA KOPI ARABIKA
konservasi hutan turut membantu
menjaga keseimbangan ekosistem
dan lingkungan juga memberikan
nilai tambah perekonomian masyarakat.
|
BUDIDAYA KOPI
ARABIKA
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan
Kopi Indonesia, dirasakan perlu adanya Pedoman Praktis Budidaya Kopi, khususnya
kopi arabika yang sedang di kembangkan di wilayah kaki gunung Manglayang
kabupaten Sumedang Jawa Barat. Pada kesempatan ini saya berusaha untuk
menyajikan Pedoman Praktis Budidaya Kopi arabika yang akan disajikan secara
berbertahap berdasarkan kumpulan beberapa literatur.
A.
PERSYARATAN TUMBUH KOPI ARABIKA
1. Iklim
Garis lintang 20o LS sampai 20o LU.
Tinggi tempat 700 s/d
2.000 m dpl.
Curah hujan 1.500 s/d
2.500 mm/th.
Bulan kering (curah
hujan < 60 mm/bulan) 1-3 bulan.
Suhu udara rata-rata
15-25o C.
2. Tanah
Kemiringan tanah kurang
dari 45 %.
Kedalaman tanah efektif
lebih dari 100 cm.
Tekstur tanah
berlempung (geluhan) dengan struktur tanah lapisan atas remah.
Sifat kimia tanah
(terutama pada lapisan 0-30 cm) :
B. PERSIAPAN LAHAN
1. Pembukaan
Lahan
1.1 Areal Hutan
Sekunder Bekas Ladang Berpindah
1. Dipilih areal hutan sekunder dengan
kepemilikan jelas.
2. Pembongkaran pohon-pohon, tunggul
beserta perakarannya.
3. Pembongkaran tanaman perdu dan
pembersihan gulma.
4. Pembersihan lahan, kayu-kayu ditumpuk di
satu tempat di pinggir kebun.
5. Pencetakan kebun secara hektaran.
6. Pembuatan jalan-jalan, jembatan beserta
saluran drainase.
7. Pembuatan teras-teras pada lahan yang
memiliki kemiringan lebih dari 15%.
8. Mengajir dan menanam tanaman penaung
sementara dan penaung tetap.
9. Ajir lubang tanam, jarak tanaman kopi
arabika kate (Kartika 1 & Kartika 2) 1,25 m X 2 m atau 1,5 m X 2 m. Jarak
tanam kopi jagur (AB 3, USDA 762 dan S 795) adalah 2 m X 2,5 m atau m X 2,5 m.
10. Pembuatan lobang tanam. Ukuran lobang
tergantung tekstur tanah. Makin berat tanah ukuran lubang makin besar. Ukuran
lubang yang lazim adalah 60 X 60 X 60 cm. Lubang dibuat 6 bulan sebelum tanam.
Untuk tanaman yang kurang subur dan kadar bahan organiknya rendah, ditambahkan
pupuk hijau dan pupuk kandang.
11. Tutup lubang tanam, 1 – 3 bulan sebelum
ditanam kopi dan dujaga agar batu-batu, cadas dan sisa-sisa akar tidak masuk
kedalam lubang tanam.
12. Selama persiapan lahan, pada areal yang
kosong dapat ditanami beberapa jenis tanaman semusim, misalnya kedelai, ubi
jalar, jagung, kacang-kacangan. Jenisnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan
petani, peluang pasar dan iklim mikro yang ada.
1.2 Areal Kebun Aneka Tanaman
1. Pemberian tanda tanaman-tanaman yang
dipilih sebagai penaung kopi. Dipilih jenis yang bernilai ekonomis, tajuknya
mudah diatur (tahan pangkas) dan lebih baik meneruskan cahaya diffuse.
Jarak antar tanaman ± 10 m X 10 m tergantung pada besarnya
ukuran tajuk (habitus) tanaman.
2. Memotong perdu dan semua tanaman
yang tidak dipilih.
3. Kayu diusahakan untuk di tumpuk di
pinggir kebun.
4. Membersihkan gulma secara manual atau
kimiawi.
5. Ajir lubang tanam kopi, pembuatan
lubang, isi lubang dan tutup lubang sama seperti diuraikan diatas.
1.3 Areal Semak Belukar
1. Pada prinsipnya sama dengan persiapan
lahan dari hutan sekunder.
2. Sisa-sisa semak dapat ditumpuk dalam
barisan-barisan di dalam kebun (model lorong = alley system). Lebar
lorong yang bersih dari tumpukan semak 1 m dan jarak antar lorong 4-5 m.
3. Ajir penaung di dalam lorong, jarak
antar ajir 2-2,5 m.
4. Tanam pohon penaung.
5. Ajir lubang tanam kopi di dalam lorong,
jarak 1,25 m untuk kopi kate, dan 2 m untuk kopi jagur.
6. Pembuatan lubang tanam ukuran 60 cm x 60
cm x 60 cm. Lubang dibuat 6 (enam) bulan sebelum tanam.
7. Lubang diisi pupuk hijau dari hasil
tebasan gulma.
8. Tutup lubang tanam, 1-3 bulan sebelum
tanam bibit kopi.
9. Selama persiapan lahan tersebut di dalam
lorong dapat diusahakan beberapa jenis tanaman semusim, jenisnya disesuaikan
dengan kebutuhan petani, peluang pasar dan iklim mikro yang ada.
1.4 Pengendalian
Alang-alang (Imperata cylindrica)
Menurut
Balit Karet Sembawa (1996), pengendalian alang-alang dapat dilakukan secara
perebahan, mekanisme, kultur teknis, kimiawi dan terpadu.
1)
Perebahan :
1. Daun dan batang alang-alang yang telah
direbahkan akan kering dan mati tanpa merangsang pertumbuhan tunas dan rimpang
serta dapat berfungsi sebagai mulsa.
2. Perebahan dapat menggunakan papan,
potongan kayu atau drum.
3. Setelah alang-alang terkendali, lahan
siap untuk usaha tani kopi dengan tahap-tahap seperti yang telah diuraikan di
atas.
2) Cara Mekanis :
1. Dilakukan dengan pengolahan tanah.
2. Penebasan dapat mengurangi persaingan
alang-alang dengan tanaman pokok tetapi hanya bersifat sementara dan harus
sering diulangi minimum sebulan sekali.
3. Setelah alang-alang terkendali, lahan
siap untuk usaha tani kopi dengan tahapan seperti yang telah diuraikan di atas.
3) Cara Kultur Teknis
.. Penggunaan tanaman penutup tanah leguminosa (PTL).
Jenis-jenis PTL yang sesuai meliputi Centrosema pubescens, Pueraria
javanica, P. triloba, C.mucunoides, Mucuna spp. dan Stylosanthes
guyanensis.
2.
Semprot
alang-alang dengan herbisida dengan model lorong, lebar lorong 2 m, jarak antar
lorong 4 m.
3.
Apabila
alang-alang sudah kering, buat dua jalur tanam sedalam 5 cm, jarak antar alur
70 cm.
4.
Gunakan
PTL sesuai rekomendasi untuk daerah setempat, kebutuhan benih 2 kg/ha.
5.
Benih
dicampur pupuk SP-36 sebanyak 24 kg/ha kemudian ditaburkan di dalam alur.
6.
Tutup
alur dengan tanah setebal 1 cm.
7.
Alang-alang
akan mati setelah tertutup oleh tajuk PTL.
8.
Metode
ini lebih tepat untuk areal yang sudah ada tanaman pokoknya.
1.5 Pengendalian Secara Terpadu
(Pengolahan Tanah Minimum dan Penggunaan Herbisida)
1. Semprot alang-alang yang sedang tumbuh
aktif dengan herbisida sistemik.
2. Rebahkan alang-alang yang sudah mati dan
kering.
3. Tanam tanaman semusim dengan cara tugal
sebagai pre-cropping.
4. Bersamaan dengan itu lahan siap ditanami
tanaman penaung dan tanaman kopi dengan tahap-tahap seperti telah diuraikan.
2. Pencegahan Erosi
Dilakukan pada tanah yang kemiringannya lebih dari 15 % dengan
membuat teras dan rorak.
Teras:
1. Ada tiga macam teras, yaitu : teras
bangku, teras gulud, dan teras individu.
2. Pemilihan macam teras didasarkan pada
jeluk tanah, kemiringan lereng, kepekaan erosi, sebagai berikut :
Jeluk tanah (cm)
|
90
|
40 - 90
|
< 40
|
|||
Kepekaan erosi
|
kurang
|
tinggi
|
kurang
|
tinggi
|
kurang
|
tinggi
|
Kelerengan (%)
|
||||||
0 - 15
|
B/G
|
B/G
|
B/G
|
B/G
|
G
|
G
|
15 - 30
|
B/G
|
B/G
|
B/G
|
G
|
G
|
G
|
30 - 45
|
B/G
|
G
|
G
|
G
|
G/I
|
I
|
> 45
|
G/I
|
I
|
I
|
I
|
I
|
I
|
Keterangan
: G :
gulud B :
bangku I : individu
1. Teras bangku dibuat dengan cara memotong
lereng dan meratakan tanah di bagian bawah sehingga terjadi suatu susunan
berbentuk tangga. Teras bangku tidak dianjurkan untuk tanah yang mudah longsor
dan jeluknya dangkal.
2. Teras gulud berupa guludan yang dilengkapi
saluran pembuangan air dan dibuat memotong lereng. Teras gulud sesuai untuk
tanah dangkal dan kemiringannya kurang dari 15 %.
3. Teras individu adalah perataan tanah di
sekitar pokok tanaman. Biasanya garis tengahnya 1-1,5 m. Teras individu
dikerjakan pada tanah-tanah yang sangat miring, lebih dari 45 %.
4. Rorak : Dibuat setelah bibit ditanam di
kebun, diutamakan pada lahan yang miring.
5. Dibuat sejajar garis kontur, ukuran p x
I x d = 100 cm x 30 cm x 30 cm.
6. Antara rorak yang satu dengan yang lain
dibuat zig-zag.
7. Ke dalam rorak diisikan bahan organik.
Bila sudah penuh, rorak ditutup tanah dan rorak baru dibuat.
3. Penanaman Penaung
Ditanami
minimal satu tahun sebelum penanaman kopi.
1.1
Syarat-syarat Pohon Penaung
¨ Memiliki perakaran yang dalam.
¨ Memiliki percabangan yang mudah diatur.
¨ Ukuran daun relatif kecil tidak mudah rontok dan memberikan
cahaya diffus.
¨ Termasuk leguminosa dan berumur panjang dan berumur panjang.
¨ Menghasilkan banyak bahan organik.
¨ Tidak menjadi inang hama-penyakit kopi.
1.2 Penaung
Sementara
¨ Jenis tanaman penaung sementara yang
banyak dipakai adalah Moghania macrophylla (Flemingia congesta), Crotalaria spp, Tephrosia spp.
¨ Moghania cocok
untuk tinggi tempat 700 m dpl ke bawah.
¨ Untuk daerah 1.000 m dpl ke atas sebaiknya dipakai Tephrosia atau Crotalaria.
¨ Untuk komplek-komplek nematoda dipakai Crotalaria.
¨ Naungan sementara ditanam dalam barisan dengan selang jarak 2-4
m atau mengikuti kontur.
1.3 Penaung
Tetap
¨ Pohon penaung tetap yang banyak dipakai
di Indonesia adalah lamtoro(Leucaena spp), sengon (Albizia sp),
dadap (Erythrina sp), Gliricidia dan cemara (Casuarina).
¨ Lamtoro tidak berbiji dapat diperbanyak dengan cangkokan atau
okulasi, ditanam dengan jarak 2 m x 2,5 m, setelah besar secara
berangsur-angsur dijarangkan menjadi 4 m x 5 m.
¨ Sengon digunakan pada daerah kering dan tinggi (1.000-1.500 m
dpl), seperti banyak dijumpai di Timor-Timur. Ditanam dengan jarak 2 m x 2,5 m
kemudian setelah besar secara berangsur-angsur dijarangkan menjadi 10 m x 10 m.
¨ Cemara banyak digunakan di Irian Jaya dan Timor-Timur untuk
daerah tinggi di atas 1.500 m dpl.
4. Tumpangsari (Intercropping)
¨ Digunakan untuk meningkatkan
produktivitas lahan, mengurangi resiko usaha tani, serta menjamin kelangsungan
pendapatan.
¨ Dilakukan dengan pengusahaan tanaman semusim, (khususnya untuk
lahan-lahan datar/landai), dan penggunaan tanaman penaung produktif.
¨ Jenisnya disesuaikan dengan kebutuhan petani, peluang pasar,
nilai ekonomi dan iklim mikro yang ada.
1.1 Tumpangsari
Tanaman Semusim Dengan Kopi
¨ Diusahakan selama masa persiapan lahan
dan selama tanaman kopi belum menghasilkan (tajuk kopi belum saling menutup)
atau selama iklim mikro masih memungkinkan.
¨ Untuk pengusahaan yang bersifat lebih permanen pada lahan datar
dapat dilakukan dengan sistem budidaya lorong (alley cropping). Pada
tiap 3-5 barisan kopi disediakan lorong dengan Iebar 8 m untuk tanaman
tumpangsari.
¨ Tanaman semusim yang banyak diusahakan antara lain adalah jenis
hortikultura (kubis, kentang, wortel, tomat, dan cabe), Palawija (jagung),
kacang-kacangan dan umbi-umbian.
¨ Tanaman jagung yang mempunyai pertumbuhan tinggi dapat juga
berfungsi sebagai penaung sementara yang efektif.
¨ Limbah tanaman semusim dimanfaatkan untuk pupuk hijau atau mulsa
tanaman kopi.
0 komentar:
Posting Komentar